Jumat, 24 Februari 2012

MENJELANG PILWALKOT CIMAHI PKB MEMBENTUK TEAM TUJUH

Hasil Rapat Pleno DPC PKB KOTA CIMAHI

Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Cimahi adalah sebuah prosesi pendelegasian kewenangan walikota dan Wakil Walikota yang dimiliki oleh masyarakat Kota Cimahi kepada seseorang yang bersedia menerima kewenangan dari masyarakat (mencalonkan menjadi walikota). Sebelum mendelegasikan kewenangan yang dimiliki kepada seseorang baik kewenangan walikota, gubernur maupun presiden maka hal yang harus kita lihat dan pertimbangkan; pertama, Keimanan dan ketagwaannya kepada Allah SWT, ahlaq, sifat dan tangungjawabnya.  Kedua, Kenapa dia (seseorang) bersedia menerima delegasi kewenangan dari orang lain ( mencalokan diri jadi walikota), Untuk  apa kewenangan tersebut akan diperguanakan ( bagai mana visi dan misinya) dan bagaimana menggunakan kewenangan tersebut ( strategi dan program). Hal tersebut menjadi penting karena kita harus mengetahui kemampuannya, sejalan dengan hadis jangan serahkan urusan kepada  yang bukan ahlinya.
Menyikapi akan hal ini, DPC PKB Kota Cimahi, memandang bahwa kalau pesta demokrasi masyarakat Kota Cimahi, yang akan berlangsung di tahun ini, sebatas persinggahan dan pengujian kualitas DPC PKB Kota Cimahi, sebagai mesin politik yang menjadikan dan berkualitas. Hal ini diungkapkan, demi menunjukan pada publik dan deretan Partai – Partai Kota Cimahi, adanya kebebasan bertanggung jawab yang dimiliki setiap Kader dan Pengurus DPC PKB Kota Cimahi, menunjukan stategi dan taktis dalam menentukan pilihan siapa yang layak menjadi Walikota Cimahi masa bakti 2012 – 2017.
Terlepas akan kebijakan tersebut, bahwa secara komitmen dan sikap politik DPC PKB Kota Cimahi, mekanisme Partai tetap dilaksanakan, diawali dengan rapat pleno DPC PKB Kota Cimahi, diantaranya keputusan yang disepakati, adalah pembentukan team tujuh (7) DPC PKB Kota Cimahi, yang terdiri atas :
1)      Ketua Dewan Syuro DPC PKB Kota Cimahi (KH. Nanang Fauzi)
2)      Sekretaris Dewan Syuro DPC PKB Kota Cimahi (Cecep Warno)
3)      Ketua Dewan Tanfidz DPC PKB Kota Cimahi (Acep Jamaludin, S.Hum)
4)      Sektretaris Dewan Tanfidz DPC PKB Kota Cimahi (Zainal Hasan, S.Psi)
5)      Bendahara Dewan Tanfidz DPC PKB Kota Cimahi (Dedi Ubes, S.Hum)
6)      Keterwakilan unsur Perempuan DPC PKB Kota Cimahi;
a)      Hj. Nina (Anggota Dewan Syuro DPC PKB Kota Cimahi)
b)      Endah Gandjarsari (Wk. Ketua Dewan Tanfidz DPC PKB Kota Cimahi)
Team 7( tujuh) memiliki tugas  untuk melakukan komunikasi strategis dengan Pengusur Cabang NU Kota Cimahi, Menjaring Bakal Calon Walikota atau Wakil Walikota dan membangun koalisi strategis dengan parta-partai politik di Kota Cimahi.  Hasil dari kerja-kerja politik team 7 (tujuh) kemudian dibawa pada rapat pleno di internal PKB Kota Cimahi  kemudian diajukan kepada DPW dan DPP PKB untuk mendapatkan persetujuan. Sementari ini  hasil penjaringan dan komunikasi politik dengan calon-calon Walikota yang baru muncul di internal PKB Kota Cimahi adalah Ibu Aty Suharti.  Team 7 (tujuh) masih terus melakukan penjaringan calon walikota  lainnya yag saat ini bermunculan dilapangan sampai satu bulan  kedepan. Nama-nama yang terjaring tersebut selanjutnya akan dikonsultasikan dengan PC NU Kota Cimahi dan kembali dibawa ke rapat pleno untuk ditetapkan. 

MAULID NABI MUHAMMAD SAW....


Mengenang Revolusi Kebangkitan Kaum Du’afa
_Oleh _ 
Mustopa Kamil (Wk. Sekretaris DPC PKB Kota Cimahi)

Aspek aqidah dan ubudiyah masyarakat dipaksa jauh dari ajaran agama yang sebenarnya, karena Ka’bah dikelilingi dengan berhala-berhala yakni latta, uzza, manat, hubal, isaf, na’ilah, dan lain-lain. Aspek perdamaian, sudah tiada karena masyarakat mudah terprovokasi walaupun atas permasalahan sepele, seperti kalah dalam pertandingan mengacu terjadinya perang antar suku. Aspek ekonomi, menguntungkan kaum pemodal karena membudayanya praktek riba. Dan aspek humanisme kehidupan sudah hilang, karena terdengar jeritan tangis bayi perempumpuan yang dikubur hidup-hidup, dianggap sebagai aib bagi orang tuanya.

Dibalik gelapnya kehidupan, bulan dan bintang-bintang tersenyum karena sudah dekat akan lahirnya sang revolusioner sejati yang dicintai oleh seluruh alam, Muhammad bin Abdillah yang bertepatan pada tanggal 12 Rabiul Awal.

Penulis sederhanakan, ada dua proses pembentukan kepribdian Nabi Muhammad Saw, pertama, pembelahan dada beliau (syaqish shadri) oleh malaikat Jibril, hal ini terjadi dua kali ketika ia berusia dua tahun dan ketika ia akan melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj. Maksud dari pembelahan dada ini tiada lain untuk  pembentukan keimanan sebagai pola dasar untuk menjalani kehidupan. Maka pola ini kemudian dikembangkan oleh Rosulullah Saw untuk membentuk karakter generasi bangsa yang kuat, hal ini terdapat dalam QS. Luqman 13 yang artinya: “Dan ketika Lukman berkata kepada anaknya sambil menasehatinya: hai anakku, janganlah kamu musyrik kepada Allah, maka bahwasannya syirik itu dzalim yang besar”.

kedua, pengasingan diri di Gua Hira sebagai bentuk taqarub dan tafakur atas realitas sosial yang sedang berlangsung, yang kemudian hari beliau menerima wahyu pertama yaitu ayat 1-5 QS. Al-alaq, perintah untuk memahami setiap kejadian, sebagaimana M. Quraisy Shihab menjelaskan kata qaraa digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan dan lain sebagainya. dalam ayat tersebut objeknya tidak disebut sehingga bersifat umum, maka objek kata tersebut mencakup segala bentuk yang dapat terjangkau baik bacaan suci yang bersumber dari Tuhan maupun yang bukan, baik menyangkut ayat-ayat tertulis maupun yang tidak tertulis, sehingga mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat dan diri sendiri, ayat suci Al-qur’an, majalah, koran, dan lain sebagainya. (Membumikan Al-qura’an 168). Pola ini diterapkan oleh Rosulullah kepada masyarakat sebagai dasar untuk kemajuan bangsa, menuju bangsa yang humanis dan dinamis. Maka dalam al-Qur’an ada sekitar 854 ayat-ayat yang mempertanyakan mengapa manusia tidak mempergunakan akalnya (afala ta’qilun), yang menyurh manusia bertfakur (tafakarun) terhadap al-qur’an dan alam semesta, serta menyuruh manusia mencari ilmu pengetahuan. Dan al-Qur’an menganjurkan kepada manusia supaya menjadi ahli fikir (ulul albab) terulang 16 kali. (Inu; Pengantar Filsapat 105). Diantaranya QS. 59:21 “… Dan perumpamaan-perumpamaan ini kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir”.

Berangkat dari hal tersebut, Rosulullah Saw sebagai manusia panutan alam dan dincintiai oleh seluruh manusia. apakah kita bisa?!. tanyakan saja pada rumput yang bergoyang. Oleh karena itu, Rosulullah Saw sebagai figur tempat bercermin menuju kepribadian yang sholeh. Sebagaimana Allah berfirman: “Pasti dalam diri Rasulullah ialah contoh yang baik bagi orang yang mengharap Allah, hari akhir, dan orang yang banyak berdzikir kepada Alloh.” (QS. al-Ahzab)

Suatu hari Rosulullah Saw pulang dari perang badar bersama para sahabat, sebagian dari mereka ada yang meniggal mati syahid, tetapi isteri-isteri dan kelurga mereka yang ditinggalkan meninggal merasa bahagia karena melihat Rosulullah Saw. Itulah sebagian karakter bangsa yang dibuat dengan kekuatan iman, yang melahirkan kecintaannya kepada beliau merupakan kecintaan yang hakiki. Oleh karena itu, masyarakat sangat sedih dan terharu ketika Rosulullah Saw pulang kehdirat Allah SWT.

kehadiran Rosulullah di tengah-tengah masyaralat merupakan anugerah dan rahmat dari Allah SWT bagi kehidupan alam. Maka setiap muslim memperlihatkan rasa mahabbahnya dengan selalu memperingati kelahiran beliau dan berusaha melksanakan perintah dan larangannya. 

Buat Apa Sekolah

Seorang ibu berkata pada anaknya” nak kalau sudah besar kamu harus jadi pegawai negeri sipil (PNS) biar hidupmu tidak susah, jangan meniru bapak dan ibumu yang tiap hari harus jualan sayur kepasar, biar bapak dan ibu saja yang bodoh dan susah cari uang liat tetangga kita itu sekolahannya tinggi coba lihat hidupnya enak kamu harus mencontoh dia” . Sementara dilain pihak seorang ibu berkata ” buat apa sekolah tinggi-tinggi ? dokter sudah ada, menteri sudah ada, guru banyak, presiden sudah ada, mendingan uang sekolahmu dibelikan sapi biar beranak-pinak lebih jelas hasilnya dari pada harus dibayarkan untuk sekolah, coba lihat si lukman itu sekolah jauh-jauh tapi setelah selesai nganggur dan akhirnya sekarang jadi sopir anggutan..” ! Sadar atau tidak, ditingkatan masyarakat opini yang terbangun mengenai dunia pendidikan (sekolah) seperti yang diilustrasikan diatas.
Masyarakat menilai bahwa salah satu alat keberhasilan seseorang bersekolah adalah sejauh mana dia mampu membawa dirinya pada status social yang tinggi dimasyarakat indikasinya adalah apakah seseorang itu bekerja dengan berpenampilan elegan (berdasi, pake sepatu mengkilap, dan membawa tas kantor) atau tidak, dan apakah seseorang tersebut bisa kaya dengan pekerjaannya? Kalau seseorang yang telah menempuh jenjang pendidikan (SLTA, D1, D2, D3, S1, S2, dan S3) lulus dan setelah itu menganggur maka dia telah gagal bersekolah. Hal semacam inilah yang sering ditemui di masyarakat kita. sekolah2Mencermati hal diatas, apakah memang praktek-praktek pendidikan yang selama ini dijalani ada kesalahan proses?, mengapa dunia pendidikan belum bisa memberikan pengaruh pencerahan ditingkatan masyarakat, lantas apa yang selama ini dilakukannya oleh dunia pendidikan kita? kalaupun yang diopinikan masyarakat itu adalah kesalahan berpikir, mengapa kualitas pendidikan di Indonesia tidak lebih baik dari negara lainnya, bukankah setiap hari upaya perbaikan pendidikan terus dilakukan mulai dari seminar sampai dengan pembuatan undang-undang system pendidikan nasional? Atau inilah yang dimaksud oleh Ivan Ilich bahwa “SEKOLAH itu lebih berbahaya daripada nuklir. Ia adalah candu! Bebaskan warga dari sekolah.”
Jelasnya pendidikan (sekolah) bukanlah suatu proses untuk mempersiapkan manusia-manusia penghuni pabrik, berpenampilan elegan apalagi hanya sebatas regenerasi pegawai negeri sipil (PNS), tapi lebih dari itu adalah pendidikan merupakan upaya bagaimana memanusiakan manusia. Tentunya proses tersebut bukan hal yang sederhana butuh komitmen yang kuat dari setiap komponen pendidikan khusunya pemerintah bagaimana memposisikan pendidikan sebagai inventasi jangka panjang dengan produk manusia-manusia masa depan yang hadal, kritis dan bertanggung jawab. Kalau dunia pendidikan hanya diposisikan sebagai pelengkap dunia industri maka bisa jadi manusia-manusia Indonesia kedepan adalah manusia yang kapitalistik, coba perhatikan menjelang masa-masa penerimaan siswa/mahasiswa tahun ajaran baru dipinggir jalan sering kita temukan mulai dari spanduk, baliho, liflet, brosur, pamlet dan stiker yang bertuliskan slogan yang kapitalistik seperti ” lulus dijamin langsung kerja, kalau tidak uang kembali 100%, adapula yang bertuliskan “sekolah hanya untuk bekerja, disini tempatnya” apalagi banyaknya sekolah-sekolah yang bergaya industri semakin memperparah citra dunia pendidikan yang cenderung lebih berorientasi pada pengakumulasian modal daripada pemenuhan kualitas pelayanan akademik yang diberikan.
Akhirnya terlihat dengan jelas bagaimana mutu SDM Indonesia yang jauh dari harapan seperti dilaporkan oleh studi UNDP tahun 2000 yang menyatakan bahwa Human Development Indeks (HDI) Indonesia menempati urutan ke 109 dari 174 negara atau data tahun 2001 menempati urutan ke 102 dari 162 negara. nganggurJadi, tidak mengherankan kalau ditingkatan masyarakat memandang dunia pendidikan (sekolah) sampai hari ini seperti layaknya sebagai institusi penyalur pegawai negeri sipil (PNS) indikasi dari pandangangan tersebut bisa dilihat bagaimana animo masyarakat yang cukup tinggi ketika pembukaan pendaftaran calon pegawai negeri sipil (CPNS) seolah-olah status/gelar akademik yang mereka capai (D1,D2,D3,S1,S2, dan S3) hanya cocok untuk kerja-kerja kantoran (PNS) hal inipun merupakan salah satu faktor yang menyebabkan tingkat pengangguran kaum terdidik setiap tahunnya bertambah sebab kesalahan motiv sekolah sebagai akibat dari prilaku sekolah yang kapitalistik akhirnya banyak melahirkan kaum terdidik yang bermentalitas “Gengsi gede-gedean” Beberapa hal diatas setidaknya menjadi renungan bagi dunia pendidikan kita bahwa pendidikan bukanlah sesederhana dengan hanya mengupulkan orang lantas diceramahi setelah itu pulang kerumah mengerjakan tugas besoknya kesekolah lagi sampai kelulusan dicapainya (sekolah berbasis jalan tol), kalau aktivitas sekolah hanya monoton semacam ini maka pilihan untuk bersekolah merupakan pilihan yang sangat merugikan akan tetapi kalau proses yang dijalankannya tidak seperti sekolah jalan tol maka pilihan untuk beinvestasi di dunia pendidikan dengan jalan menyekolahkan anak-anak kita merupakan pilihan yang sangat cerdas.
Oleh sebab itu sudah saatnya dunia pendidikan kita mereformasi diri secara serius khusunya bagaimana pembelajaran di sekolah itu bisa dijalankan melalui prinsip penyadaran kritis sehingga melalui kekuatan kesadaran kritis bisa menganalisis, mengaitkan bahkan menyimpulkan bahwa persoalan kemiskinan, pengangguran, dan lainnya merupakan persoalan system bukan karena persoalan jenjang sekolah. Inilah yang seharusnya menjadi muatan penting untuk diinternalisasikan disetiap diri siswa. Selain itu, mengembalikan kepercayaan masyarakat bahwa sekolah itu tidak sekedar tahapan untuk bekerja kantoran menjadi salah satu agenda dunia pendidikan yang harus segera dilakukan sehingga masyarakatpun bisa memahami secara holistik untuk apa pendidikan itu dilahirkan. Agenda semacam ini akan bisa dijalankan secara baik kalau masing-masing insitusi pendidikan bertindak secara fair bagaimana proses penerimaan siswa baru tidak lagi memakai slogan yang menyesatkan. Mempertahankan sekolah yang kapitalistik sama saja menggerogoti minat dan motivasi masyarakat untuk turut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

_"Jole" Dadang Cahyadi (Wk. Sekretaris DPC PKB Kota Cimahi)_