Mengenang Revolusi Kebangkitan
Kaum Du’afa
_Oleh _
Mustopa Kamil (Wk. Sekretaris DPC PKB Kota Cimahi)
Aspek aqidah dan ubudiyah masyarakat
dipaksa jauh dari ajaran agama yang sebenarnya, karena Ka’bah dikelilingi
dengan berhala-berhala yakni latta, uzza, manat, hubal, isaf, na’ilah, dan
lain-lain. Aspek perdamaian, sudah tiada karena masyarakat mudah terprovokasi
walaupun atas permasalahan sepele, seperti kalah dalam pertandingan mengacu
terjadinya perang antar suku. Aspek ekonomi, menguntungkan kaum pemodal karena membudayanya
praktek riba. Dan aspek humanisme kehidupan sudah hilang, karena terdengar
jeritan tangis bayi perempumpuan yang dikubur hidup-hidup, dianggap sebagai aib
bagi orang tuanya.
Dibalik gelapnya kehidupan, bulan
dan bintang-bintang tersenyum karena sudah dekat akan lahirnya sang
revolusioner sejati yang dicintai oleh seluruh alam, Muhammad bin Abdillah yang
bertepatan pada tanggal 12 Rabiul Awal.
Penulis sederhanakan, ada dua
proses pembentukan kepribdian Nabi Muhammad Saw, pertama, pembelahan dada beliau (syaqish shadri) oleh malaikat Jibril, hal ini terjadi dua kali
ketika ia berusia dua tahun dan ketika ia akan melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj. Maksud dari pembelahan
dada ini tiada lain untuk pembentukan
keimanan sebagai pola dasar untuk menjalani kehidupan. Maka pola ini kemudian
dikembangkan oleh Rosulullah Saw untuk membentuk karakter generasi bangsa yang
kuat, hal ini terdapat dalam QS. Luqman 13 yang artinya: “Dan ketika Lukman berkata kepada anaknya sambil menasehatinya: hai anakku,
janganlah kamu musyrik kepada Allah, maka bahwasannya syirik itu dzalim yang
besar”.
kedua,
pengasingan diri di Gua Hira sebagai bentuk taqarub dan tafakur atas realitas
sosial yang sedang berlangsung, yang kemudian hari beliau menerima wahyu
pertama yaitu ayat 1-5 QS. Al-alaq, perintah untuk memahami setiap kejadian,
sebagaimana M. Quraisy Shihab menjelaskan kata qaraa digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan dan lain
sebagainya. dalam ayat tersebut objeknya tidak disebut sehingga bersifat umum,
maka objek kata tersebut mencakup segala bentuk yang dapat terjangkau baik
bacaan suci yang bersumber dari Tuhan maupun yang bukan, baik menyangkut
ayat-ayat tertulis maupun yang tidak tertulis, sehingga mencakup telaah
terhadap alam raya, masyarakat dan diri sendiri, ayat suci Al-qur’an, majalah, koran,
dan lain sebagainya. (Membumikan Al-qura’an 168). Pola ini diterapkan oleh
Rosulullah kepada masyarakat sebagai dasar untuk kemajuan bangsa, menuju bangsa
yang humanis dan dinamis. Maka dalam al-Qur’an ada sekitar 854 ayat-ayat yang
mempertanyakan mengapa manusia tidak mempergunakan akalnya (afala ta’qilun), yang menyurh manusia bertfakur (tafakarun) terhadap al-qur’an dan alam
semesta, serta menyuruh manusia mencari ilmu pengetahuan. Dan al-Qur’an menganjurkan
kepada manusia supaya menjadi ahli fikir (ulul
albab) terulang 16 kali. (Inu; Pengantar Filsapat 105). Diantaranya QS.
59:21 “… Dan perumpamaan-perumpamaan ini
kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir”.
Berangkat dari hal tersebut,
Rosulullah Saw sebagai manusia panutan alam dan dincintiai oleh seluruh
manusia. apakah kita bisa?!. tanyakan saja pada rumput yang bergoyang. Oleh
karena itu, Rosulullah Saw sebagai figur tempat bercermin menuju kepribadian
yang sholeh. Sebagaimana Allah berfirman: “Pasti
dalam diri Rasulullah ialah contoh yang baik bagi orang yang mengharap Allah,
hari akhir, dan orang yang banyak berdzikir kepada Alloh.” (QS. al-Ahzab)
Suatu hari Rosulullah Saw pulang
dari perang badar bersama para sahabat, sebagian dari mereka ada yang meniggal
mati syahid, tetapi isteri-isteri dan kelurga mereka yang ditinggalkan
meninggal merasa bahagia karena melihat Rosulullah Saw. Itulah sebagian
karakter bangsa yang dibuat dengan kekuatan iman, yang melahirkan kecintaannya kepada
beliau merupakan kecintaan yang hakiki. Oleh karena itu, masyarakat sangat
sedih dan terharu ketika Rosulullah Saw pulang kehdirat Allah SWT.
kehadiran Rosulullah di
tengah-tengah masyaralat merupakan anugerah dan rahmat dari Allah SWT bagi
kehidupan alam. Maka setiap muslim memperlihatkan rasa mahabbahnya dengan
selalu memperingati kelahiran beliau dan berusaha melksanakan perintah dan
larangannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar